Minggu, 29 September 2019

Kesultanan-Kesultanan Maritim pada Masa Islam di Nusantara

A. Awal Penyebaran Islam di Nusantara

1. Proses Masuknya Islam di Nusantara

Masuknya agama Islam ke Indonesia dapat diketahi dari beberapa sumber yang dapat memberitakannya. Sumber sejarah itu dapat digolongkan menjadi sumber ekstern (dari luar negeri) dan sumber intern (dari dalam negeri).

a. Sumber Ekstern

1) Berita dari Arab
Pada abad ke-7 ketika Kerajaan Sriwijaya sedang berkembang telah banyak pedagang Arab yang mengadakan hubungan dengan masyarakat Kerajaan Zabag/Sriwijaya.
2) Berita dari Eropa
Pada tahun 1292 Marco Polo (Italia) adalah orang Eropa pertama yang menginjakkan kaki di Indonesia ketika kembali dari Cina untuk menuju Eropa melalui jalan laut. Ketika ia singgah di Perlak (Perueula) penduduknya telah memeluk agama Islam dan telah terdapat kerajaan bercorak Islam, yakni Kerajaan Samudra Pasai.
3) Berita dari India
Para pedagang Gujarat dari India di samping berdagang juga menyebarkan agama Islam dipesisir pantai.
4) Berita dari Cina
Dikatakan oleh Ma Huan (sekretaris Laksamana Cheng Ho) bahwa padatahun1400 telah ada pedagang-pedagang Islam yang tinggal di pantai utara Jawa.

b. Sumber Intern

Sumber intern yang menjadi bukti masuknya Islam di Indonesia, antara lain sebagai berikut.
1) Batu Nisan Fatimah binti Maimun (1028) yang bertuliskan Arab di Leran (Gresik).
2) Makam Sultan Malik Al Saleh (1297) di Sumatra.
3) Makam Syeh Maulana Malik Ibrahim (1419) di Gresik.

2. Teori Masuknya Islam ke Nusantara

Dengan bukti-bukti yang telah ditemukan tersebut di atas,  maka kemudian terdapat berbagai pendapat mengenai proses masuknya agama Islam ke Kepulauan Indonesia, terutama perihal waktu dan tempat asalnya. Hal tersebut muncul karena belum adanya kesatuan pendapat antara para ahli sejarah mengenai proses awal penyebaran yang didasarkan atas bukti-bukti sejarah adanya masyarakat Islam, kerajaan Islam, dan kedatangan para pedagang Islam ke Indonesia, hingga bisa mengalahkan kebudayaan dan agama yang telah ada sebelumnya, yakni Hindu dan Budha
Berbagai teori pun berkembang dengan disertai bukti dan fakta pendukung masing-masing teori.  Berikut teori masuknya agama Islam ke Indonesia

a. Teori Gujarat 

Menurut teori Gujarat, agama Islam masuk ke kepulauan Indonesia berasal dari Gujarat, India terjadi sekitar abad ke 13 Masehi atau abad ke 7 H. Teori Gujarat banyak didukung oleh sarjana dari Barat terutama negeri Belanda seperti; Snouck Hurgonje, dan J. Pijnapel.
Menurut Snouck Hurgonje agama Islam di Indonesia berasal dari Gujarat didasarkan pada letak Gujarat yang berada di India bagian Barat, berdekatan dengan Laut Arab. Letaknya yang strategis, yaitu berada dijalur perdagangan antara Timur dan Barat.
Dalam bukunya berjudul L’arabie et Les Indes Neerlandaises, Snouck menjelaskan bahwa teori Gujarat didasarkan pada peranan orang-orang Gujarat yang telah membuka hubungan dagang dengan Indonesia sebelum pedagang Arab.
Senada dengan itu J. Pijnapel  juga berpendapat dan didukung oleh Snouck Hurgonje dan J.P. Moqueta tahun 1912 menyatakan bahwa di Pasai, Aceh ditemukan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada 17 Dzulhijjah 831 H atau 1297 Masehi dan makam Maulana Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan Gresik memiliki bentuk yang sama dengan batu nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat, India.
J.P. Moqueta berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah balajar kaligrafi khas Gujarat.
Namun belakangan, teori Gujarat mendapat bantahan dari beberapa ahli sejarah. Seperti sejarawan Azyumardi Azra. Azyumardi Azra menjelaskan bahwa Gujarat dan kota-kota di anak benua India hanya tempat persinggahan bagi pedagang Arab sebelum melanjutkan perjalanan ke Asia Tenggara dan Asia Timur. Selain itu, pada abad XII-XIII Masehi wilayah Gujarat masih dikuasai pengaruh Hindu yang kuat.
Selain itu kelemahan teori Gujarat juga ditunjukan dari perbedaan mazhab yang berkembang di Pasai dan di Gujarat. Di Pasai berkembang mahzab Syafii, sedangkan di Gujarat berkembang mazhab Hanafi.

b. Teori Persia

Teori yang kedua ialah teori Persia. Pencetus sekaligus pendukung teori ini seperti Umar Amir Husen dan Hoesein Djajadiningrat. Teori Persia menyatakan bahwa Islam yang masuk di Indonesia pada abad ke 7 Masehi adalah Islam yang dibawa kaum Syiah, Persia (Iran saat ini).
Teori Persia didasarkan atas beberapa kesamaan budaya / tradisi Islam yang ada di Indonesia dengan di Persia (Iran). Contohnya seperti tradisi peringatan hari Asyura dan peringatan Tabut.
Teori Persia sempat diterima sebagai teori masuknya Islam di Indonesia yang paling benar oleh sebagian ahli sejarah. Akan tetapi, setelah ditelisik, ternyata teori ini juga memiliki kelemahan. Bila dikatakan bahwa Islam masuk pada abad ke 7, maka kekuasaan Islam di Timur Tengah masih dalam genggaman Khalifah Umayyah yang berada di Damaskus, Baghdad, Mekkah, dan Madinah. Jadi tidak memungkinkan bagi ulama Persia untuk menyokong penyebaran Islam secara besar-besaran ke Nusantara.

c. Teori Mekkah

Teori yang ketiga ialah Teori Arab atau Teori Makkah. Teori Mekah menyatakan bahwa proses masuknya Islam di Indonesia berlangsung pada abad ke 7 Masehi. Agama Islam dibawa oleh musafir Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh belahan dunia.
Bukti utama masuknya agama Islam ke Indonesia berasal dari Arab ialah pertama, telah ada perkampungan Muslim khas dinasti Ummayyah di Pantai Timur Sumatera. Kedua, Mahzab Syafii yang berkembang di Samudra Pasai ialah sama yang dengan yang berkembang di Arab dan Mesir. Dan ketiga, gelar Al Malik pada raja-raja Samudera Pasai merupakan gelar yang lazim dijumpai di Mesir.

Dari ketiga teori itu, saat ini teori yang dianggap paling kuat ialah teori Islam berasal dari Arab atau Mekkah. Kelemahannya teori Mekkah terletak pada kurang fakta dan bukti yang menjelaskan peran bangsa Arab dalam menjelaskan penyebaran agama Islam di Indonesia.

3. Proses Islamisasi

Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 dan terus berkembang serta prosesnya lebih demokratis dari pada agama Hindu. Itulah sebabnya pada abad ke-16 telah dapat menggeser kekuasaan Hindu (Kerajaan Majapahit). Adapun proses islamisasi di Indonesia dilakukan dengan berbagai bentuk, antara lain sebagai berikut.

a. Melalui Perdagangan

Para pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat memegang peranan penting sebab di samping berdagang, mereka juga menyebarkan agama Islam. Mereka mendirikan perkampungan sendiri (perkampungan pedagang muslim di negeri asing ) yang disebut Pekojan. Melalui perdagangan inilah
Islam berkembang pesat. Hal ini didukung oleh situasi politik saat itu, ketika para bupati pesisir berusaha untuk melepaskan diri dari kekuasaan pusat yang sedang mengalami kekacauan atau perpecahan.

b. Melalui Perkawinan

Perkawinan putri bangsawan dengan pedagang muslim dilakukan secara Islam dengan mengucapkan kalimat syahadat(perkawinan antara pihak Islam dengan pihak yang belum Islam). Perkawinan merupakan saluran islamisasi yang paling mudah. Dari perkawinan itu pula akan membentuk ikatan kekerabatan antara pihak keluarga laki-laki dan perempuan. Saluran lewat perkawinan antara pedagang, ulama, ataupun golongan lain dengan anak bangsawan, bupati ataupun raja akan lebih menguntungkan. Status sosial ekonomi ataupun politik para bangsawan, bupati, atau raja akan mempercepat proses islamisasi. Banyak contoh yang dapat dikemukakan mengenai proses islamisasi melalui perkawinan, antara lain sebagai berikut.
1) Perkawinan Putri Campa dengan Raja Brawijaya yang melahirkan Raden Patah.
2) Perkawinan Rara Santang (putri Prabu Siliwangi) dengan Syarif Abdullah melahirkan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
3) Perkawinan Putri Blambangan dengan Maulana Ishak mempunyai seorang putra bernama Raden Paku (Sunan Giri).
4) Perkawinan Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Gede Manila melahirkan Sunan Bonang (Makdum Ibrahim) dan Sunan Drajat (Syarifudin).

c. Melalui Tasawuf

Ajaran tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistis atau unsur-unsur magis. Ajaran tasawuf masuk ke Indonesia pada abad ke-13. Di Aceh muncul ahli tasawuf yang terkenal, seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin as Samatrani, dan Nuruddin ar Raniri. Di Jawa di antara Wali Sanga juga ada yang mengajarkan tasawuf ialah Sunan Bonang dan Sunan Kudus.

d. Melalui Pendidikan

Lewat pendidikan terutama dalam pesantre yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Pesantren merupakan lembaga yang penting dalam penyebaran agama Islam karena merupakan tempat pembinaan calon guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, kita mengenal beberapa pesantren, di antaranya Pesantren Ampel Denta di Surabaya dan Pesantren Giri di Gresik.

e. Melalui Dakwah

Proses islamisasi di Jawa melalui dakwah dilakukan oleh kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Wali Sanga. Wali artinya wakil atau utusan. Mereka di samping memiliki pengetahuan agama Islam juga memiliki kelebihan yang disebut karomah. Oleh karena itu, mereka diberi gelar sunan artinya yang dihormati. Kesembilan wali tersebut adalah sebagai berikut:
1) Sunan Ampel (Raden Rahmat) di Surabaya (Jawa Timur).
2) Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim) di Tuban (Jawa Timur).
3) Sunan Drajat ( Raden Syarifuddin) atau raden Qosim di Lawongan,
Jawa Timur.
4) Sunan Giri (Raden Paku) di Gresik, Jawa Timur.
5) Syeh Maulana Malik Ibrahim, di Gresik, Jawa Timur.
6) Sunan Kalijaga (Raden Said) di Kadilangu, Semarang, Jawa Tengah.
7) Sunan Kudus (Raden Jafar Shodiq) di Kudus, Jawa Tengah.
8) Sunan Muria (Raden Umar Said) di Muria, Jawa Tengah.
9) Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) di Cirebon, Jawa Barat.
Penyebaran agama Islam di Jawa Tengah bagian selatan dilakukan Sunan Tembayat (Bayat) yang berkedudukan di Klaten. Penyebaran agama Islam di luar Jawa, khususnya di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk ri Bandang dan Datuk ri Sulaiman. Di Kalimantan Timur dilakukan oleh Datuk ri Bandang dan Tuan Tunggang ri Parangan. Golongan lain yang mempercepat proses islamisasi ialah mereka yang telah menunaikan ibadah haji.

e. Melalui Kesenian

Dakwah di Indonesia juga dilakukan dengan menggunakan kesenian dimana para pendakwah menggunakan media seni untuk memperkenalkan Islam ke penduduk pribumi. Sebagai contoh Sunan Kalijaga menggunakan wayang untuk berdakwah.

4. Perkembangan Islam

Agama Islam yang datang melalui jalur perdagangan tentunya membawa pengaruh besar kepada penduduk pribumi khususnya masyarakat melayu karena pada saat itu masyarakat melayu sering melakukan aktivitas perdagangan. Pada saat itu ajaran agama Islam mudah diterima di Indonesia karena disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah :
1) Ajaran agama Islam sederhana, mudah dimengerti dan mudah diterima.
2) Untuk memeluk agama Islam tidaklah sulit karena hanya mengucapkan dua kalimat syahadat yaitu “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah “
3) Upacara-upacara keagamaan Islam sederhana dan tidak menyulitkan.
4) Islam disebarkan dengan damai.
5) Agama Islam tidak mengenal kasta yang membeda-bedakan masyarakat berdasarkan golongan-golongannya. Islam mengajarkan persamaan hak dan kesetaraan.
6) Runtuhnya Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sriwijaya menjadi penyebab kuat berkembang pesatnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
7) Islam mengajarkan moral kepada penduduk pribumi.
8) Para pendakwah pandai dalam hal pengobatan penyembuhan sehingga disenangi penduduk pribumi.
9) Mengenalkan dan menyadarkan otoritas sakral dimana para pendakwah membuat teks-teks yang ditulis untuk dipahami dan dihafal.
10) Islam mengajarkan bahwa untuk beribadah dapat dilakukan dimana saja selagi tempat itu suci dan tidak harus selalu menetap di daerah tertentu karena takut tidak dilindungi Tuhan.
11) Kekusaan politik yang dimiliki pedagang muslim yang mayoritas adalah kalangan atas.
12) Umat Islam dipandang tangguh dalam hal kemiliteran.

Tidak hanya sampai pada dakwah yang disebarkan oleh para pendatang muslim dan pedagang muslim saja tetapi seiring berjalannya waktu kerajaan-kerajaan Islam pun mulai berdiri dan mencapai masa-masa kejayaannya serta banyak didirikan mesjid dan musholla di berbagai tempat sebagai sarana ibadah. Kerajaan Islam pertama yang berdiri di Indonesia adalah Kerajaan Samudera Pasai dengan Sultan Malik As-Saleh sebagai sultan pertamanya.
Agama Islam yang berkembang di Indonesia juga menyebabkan pengaruh yang besar baik itu terkait arsitektur, bahasa, pendidikan, norma, hubungan sosial, budaya dan bidang lainnya. Sebagai contoh dari bidang arsitektur terdapat berbagai jenis bangunan seperti mesjid, kerajaan, benteng, kuburan, air mancur, bak pemandian, menara, surau, dan sebagainya, terlihat corak-corak keislaman dan timur tengah di masing-masing bangunan tersebut.
Di bidang bahasa, terlihat beberapa kosa kata Indonesia merupakan adaptasi dari bahasa arab seperti mesjid, kursi, ustadz, umat, kitab, dan sebagainya. Sedangkan di bidang pendidikan, kita dapat melihat banyaknya sekolah-sekolah keislaman seperti pondok pesantren.

B. Kesultanan-Kesultanan Maritim Masa Islam

1. Kesultanan Aceh

Selain Samudra Pasai, di wilayah Aceh juga berdiri kerajaan lainnya. Namanya Aceh Darussalam dan didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada abad ke-16. Pusat kerajaannya berada di ujung utara Sumatra yang kini merupakan Kabupaten Aceh Besar. Kerajaan Aceh berkembang menjadi kerajaan besar sejak Portugis menguasai Malaka dan banyak pedagang Muslim berpindah ke Aceh. Merasa akan dikalahkan, Portugis kemudian berusaha menaklukan Aceh. Usaha mereka gagal pada tahun 1521 karena dikalahkan oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Pada tahun 1524 pun, pasukan Aceh berhasil menguasai Samudra Pasai.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh Darussalam mencapai kejayaan. Wilayah kekuasaan Aceh mencapai wilayah-wilayah yang saat ini berada di Sumatera Utara, Riau, hingga Jambi. Kekuatan angkatan laut Aceh yang tangguh ketika masa Sultan Iskandar Muda mengkhawatirkan Belanda dan Inggris yang ingin menguasai Selat Malaka.
Bagai kehilangan induknya, Aceh mengalami kemunduran setelah Sultan Iskandar Muda wafat. Pengaruh Belanda dan Inggris mulai mengusik Aceh, dengan menguasai wilayah-wilayah kerajaan Aceh. Pada tahun 1873 Belanda menyatakan perang terhadap Aceh. Kegigihan rakyat Aceh mampu menahan serangan Belanda hingga awal abad ke-20. Belanda akhirnya berhasil mengurangi kekuatan Aceh dan pada tahun 1903, Sultan Muhammad Daud Syah menyerah

2. Kesultanan Demak

Demak merupakan kerajaan maritim Islam pertama di Jawa. Demak didirikan oleh Raden Fatah pada  abad ke-15 dan menguasai seluruh pantai utara Jawa. Demak memanfaatkan kemunduran Majapahit untuk membuat daerah-daerah pesisir melepaskan diri dari Majapahit dan bergabung dengan Demak.
Portugis yang menguasai Malaka sejak tahun 1511 menjadi ancaman bagi perkembangan Demak. Demak kemudian melakukan ekspansi ke Selat Malaka yang dipimpin Adipati Unus (Pangeran Sabrang Lor) pada tahun 1512-1513. Sayangnya, ekspansi tersebut belum berhasil karena dikalahkan Portugis yang memiliki armada lebih kuat, dan kurangnya perbekalan pasukan Demak.
Demak di masa Sultan Trenggana memperluas kekuasaannya hingga ke seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta memantapkan penguasaan pesisir Jawa. Hampir seluruh Jawa berada di bawah kekuasaan Demak, lho. Kerajaan Demak juga mengirim Fatahillah untuk menyerang Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon pada 1522. Serangan tersebut bertujuan untuk memutuskan pengaruh Portugis di Pajajaran.
Pada tahun 1527, pasukan Demak berhasil merebut Sunda Kelapa setelah mengalahkan kekuatan Portugis. Fatahillah kemudian mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons